CARI DOSANAK
SAFARI SHAFF RIA
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako.
I.ANTARA RATAP DAN TANGIS KERINDUAN.
Bermula dari sepasang Surat Pembaca pada Majalah Al-Muslimun No.170 edisi Mei 1984 dan Majalah Panji Masyarakat No.442 tgl.1 September 1984 dalam judul “ Ipar kami,siapa tahu alamatnya “ dan “ Mencari Kakak Ipar “ dalam rangka mencari saudara kandung Ria yaitu ;
1.Nurdin Ohyong Bagindo Sutan (Purnawirawan Polisi Padang)
2.Ismail Ohyong Sutan Bagindo ( Pensiunan Syahbandar Tanjung Pinang).
3.Ilyas Ohyong (Mantan Ekspedisi Kapal Tanjung Priuk Jakarta).
Saat itu kami beralamat Rukiyah Ohyong d/d Sry Fahmy Batubara , Jln SM Raja No.54/67 Simpang Ampek Kelurahan Pasar I Natal Kab.Tapanuli Selatan.
Akhirnya, kami menerima telegram pada tgl.09 September 1985 dari seorang yang bernama Risnawati Rusjdi yang menyuruh kami datang ke jalan Teratai No.65 Air Tawar, Komplek IKIP Universitas Andalas Padang , yaitu salah satu anak dari saudara Riaama Ismail Ohyong Sutan Bagindo. Segera saja kami ( Shaff Ria ) berangkat menuju Padang, Sumatera Barat dengan bermodalkan telegram tersebut.
Tepat jam 24.00 WIB kami sampai di Kompleks IKIP UNAND Padang. Seterusnya kami merangkak digelapan malam yang cahayanya temaram dengan memikul sebuah big besar, mencari kemana hendak dituju. Kami bertanya kepada beberapa orang yang berjumpa,mereka menjawab “ dak tau do “. Dari kejauhan kami melihat dua orang Satpam yang ditemani oleh tiga orang cewek. Lalu kami menghampiri mereka dengan mendapat sambutan “ kama Etek ko , sia nan di cari Pak ?. Aku menyatakan kepada mereka sambil mengeluarkan sebuah kertas telegram “ mancari rumah Risna Rusjdi di jalan Teratai 65 Ayia Tawa “. Sang cewek berkata kepada teman-temannya , “ Bu Risna tu kan bini Pak Rusjdi Saladin, Rektor Fakultas Peternakan tu”. Kemudian yang berkata “ Ooo, iyo ma, tapek bana tu.”
Hati kami harap-harap cemas ketika mereka berbincang, lalu mereka berkata “ Lai ado tu Tek, bia kami anta an ka rumah Pak Rektor tu”. Satpam lalu mengangkat big besar itu dari tangan ku sambil berkata “ bia aden mambaoknyo Pak ! “. Kamipun berangkat menuju alamat yang tertera di surat telegram itu. Salah seorang cewek yang menghantar kami yang rupanya mereka adalah Mahasiswa/I di Universitas Andalas itu, mengetok pintu sebuah rumah di Kompleks itu, lalu bersalam dan berkata “ Buk Ris…? Ko ado tamu dari Nata, bukak pintu Bu ! “. Rupanya, karena mendengar ada tamu dari Nata itu, semua isi rumah terus bangun dan ketika pintu terbuka, sepasang dua bersaudara langsung berangkulan sambil meratap rasa “ taragak “, karena sudah 16 tahun berpisah. Sejak Abak meninggal di bulan Juli 1968 di Air Manis Padang Selatan, baru inilah kembali berjumpa dengan saudara seayah. Kami larut dalam rasa haru dan kegembiraan, sehingga kami lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mahasiswa/I Unand itu. Sampai siang kami larut dalam lika liku perjalanan hidup dan kehidupan “ ANTARA RATAP DAN TANGIS KERINDUAN “.
Dalam pertemuan haru itu kami yang terdiri dari :
1.Uda Ismail Ohyong Sutan Bagindo ( saudara kandung ).
2.Syamsiar Adam Melayu ( isteri saudara kandung ).
3.Risnawati Rusjdi ( anak saudara kandung ).
4.Prof.DR Ir.Sutan Rusjdi Saladin MSc. ( menantu, suami dari Risnawati Ismail ).
5.Ir. Riswandy Fanandez ( anak lelaki Risnawati Rusjdi ).
6.Dr. Riny Ritanty ( anak perempuan Risnawati Rusjdi ).
Dapat kita bayangkan sejak meninggalnya Babak, ayah Ria , Ohyong Mantri Sutan pada bulan Juli 1968, baru Oktober 1985 bertemu kembali dengan saudara kandungnya Ismail Ohyong dan Nurdin Ohyontg. Sampai siang hari kami larut dalam kegembiraan, karena sudah 16 tahun berpisah yang merupakan malam pertemuan dua insan se ayah lain ibu melepas kerinduannya.
Rupanya iparku datang dari Jakarta yang beralamat di jalan Duyung III / 23 Rawamangun Jaktim, atas pemeritaan dari seorang tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi bernama Syarmansyah Saladin, yaitu adik dari Prof.DR Ir Sutan Rusjdi Saladin MSc, sang menantu Uda Ismail Ohyong , atas Surat Pembaca yang kami muat di Majalah Panjimas tsb.
Akhirnya lewat Majalah Panjimas No.491, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Redaksi dan para pembaca majalah ini yang telah berhasil menjumpa kan kami. Seminggu kami berada di Komplek Perguruan IKIP atau Unand Padang, kami dibawa ke Padang Panjang tempat kelahiran Uda Ismail Ohyong, Danau Singkarak dan menyaksikan Pesta Tabuik di Pariaman.
Dalammkesempatan ini kami dipertemukan dengan saudara tertua Nurdin Ohyong,purnawirawan Polisi di Patenggangan Padang bersama isterinya Tinur beserta anak-anaknya di Padang, Patenggangan,Tunggul Hitam dan Terandam. Dari pertemuan ini tinggal satu lagi saudara kami yang belum bertemu yaitu Ilyas Ohyong, mantan ekspedisi muatan kapal di Tanjung Priuk Jakarta.
II.WARISAN AYAH (BABAK) :
Pada akhir tahun 1980 an kami menerima telegram dari anak tertua Uda Nurdin Ohyong bernama Hj.Aminah Nurdin di Tungguh Hitam Padang. Isi telegram itu menyuruh datang kami ke Sukabumi untuk bertemu dengan Uda Ilyas Ohyong sekaligus untuk menerima pembagian harta warisan dari almarhum mertuaku Ohyong Mantri Sutan,dimana Uda Ilyas telah menjual tanah pertapakan Rumah Sakit Djamil Padang seharga Rp.250 juta. Didalam telegram di khabarkan Ria akan menerima pembagian sekitar Rp. 100 juta, sedangkan mereka sudah menerimanya.
Setelah kami berenbuk dan membincang masalah warisan tersebut dimana menurut adat Minangkabau bahwa yang mendapat harta warisan seperti itu adalah saudara se ibu dan bukan saudara se ayah. Adapun Ria dengan Ismail,Nurdin dan Ilyas adalah se ayah berlain ibu.
Tanpa piker panjang dan yang penting adalah berjumpadengan saudara kandung. Dengan bermodalkan uang sebesar Rp.1 juta, kami langkahkan kaki menuju Sukabumi via Padang. Setelah kami menyinggahi anak kami Yuri Susanthy Chandra yang kuliah di PGTKI Diniyah Putri El-Yunusiyah Padang Panjang, kami singgah di Tunggul Hitam setelah ziarah kemakam mertua di Bukit Air Manis Padang Selatan.
Dengan pemandu ananda Hj.Aminah Nurdin, kamipun berangkat ke Jakarta menuju rumah Murniati Ismail di Kramat Utan Kayu Jakarta. Untung saja disitu sedang berada cucunda Ir.Riswandy Fanandez,anak dari Risnawati Ismail, kamipun melacak alamat Uda Ilyas Ohyong ke Sukabumi. Sebelum pergi ke Sukabumi, kami berjumpa dengan anak-anak iparku Ismail Ohyong seperti Hj.Misnawati Ismail, Ernawai Ismail dan Riawati Ismail dari Bandung. Sesampainya kami di BTN Surya Indah di Karang Tengah , Cibadak Sukabumi, pada alamat yang dituju tidak ditemukan Uda Ilyas Ohyong yang pada saat itu telah pindah alamat ke Babakan, Komplek Salafiyah, Sukabumi. Dengan budi baik penghuni rumah alamat lami memberikan alamat baru itu kepada kami hingga kami bertemu dengan saudara iparku itu.
Kembali terjadi isak tangis kerinduan serta ratap taragak kedua insane bersaudara ini, memecah sejuknya kota Sukabumi. Dengan hati yang harap-harap cemas, apakah benar akan mendapat bagian warisan ayah dari abang yang satu-satunya masih hidup itu. Tak terkira besar hatinya, baik iparku dan isterinya kak Fathimah Sunda beserta anak-anaknya Rita Novita SH , Yanti Kartheria dan Indah Fajarwati . Sukabumi dengan udaranya yang sejuk mengabadikan pertemuan ini dengan nostalgia yang tak terlupakan, karena kami disambut dengan baik dan ramah sekali. Sayang, dikarenakan anak kami harus segera ke bangku kuliahnya di Padang Panjang, kami harus segera kembali ke Ranah Nata. Kepulangan kami dihargai dengan pemberian uang sejumlah Rp.7 juta rupiah sebagai penghargaan atas penjualan tanah pertapakan Rumah Sakit Djamil Padang yang telah dijual itu.
III.AYAH DAN SAUDARA ANGKAT.
Pada umur 12 tahun si Ria isteriku , mertuaku meninggal dunia dalam jabatan Penjaga Lampu Pulau Tamang Kecamatan Natal Kabupaten Tapanuli Selatan. Ibu mertuaku, Rusnah Ohyong menyandang janda pensiunan hingga beliau meninggal dunia. Dikarenakan babak Ria sudah tiada, maka Ria tinggal bersama saudara ibu mertuaku, Hj.Aznani bersama suaminya H.Muhd.Basyir di Pulau Tamang. Karena keberhasilan kami atas pemuatan Surat Pembaca pada Majalah Al-Muslimun dan Panjimas, mertua angkatku pun ingin seperti itu juga karena Ayah dan Saudara telah lama berpisah dengannya.
Dengan memuat sebuah Surat Pembaca pada Majalah Panjimas No. ( ? ) dalam judul “ Mencari Ayah dan Saudara “ a.n.H.Muhd.Basyir bin Mathusin d.a. Sry Fahmy Batubara yang menyatakan bahwa sejak tahun 1956. mertua angkatku berpisah dengan saudaranya Syaidan dan Adlan Guru Tampui yang terakhir berkirim surat beralamat di Lubuk Palas, Tanjung Balai Kabupaten Asahan . Sebenarnya mereka berasal dari Labuhan Hiu Pulau Pini.
Alhamdulillah , tidak beberapa bulan kemudian, saudara perempuan mertua angkatku datang ke Simpang Ampek dari Kisaran yang bernama Hj.Nur’aini bersama anak-anak dari Adlan Guru Tampui yang bernama Lukman dari Medan.
Kembali ratap kegembiraan bergema di Simpang Ampek, karena mertua angkatku tiba dari Pulau Tamang dan saudara seayah dari mertuaku yang perempuan tiba dari Patiluban, Jambu dan Balimbing. Suasana keramaian dicampuri haru akan pertemuan itu karena sudah puluhan tahun berpisah.
Itulah jasa dari Surat Pembaca Majalah Panji Masyarakat yang telah mempertemukan Tiga Pertemuan Bersaudara yaitu ;
1.Antara Ria Sitty Chaniago ( Rukiyah Ohyong ) dengan Nurdin Ohyong dan Ismail Ohyong beserta Keluarga Besarnya di Air Tawar Padang.
2.Antara Ria Sitty Chaniago ( Rukiyah Ohyong ) dengan Ilyas Ohyong di Babakan Komplek Salafiyah Sukabumi.
3.Antara H.Muhd.Basyir bin Mathusin dengan Hj.Nur’aini binti Mathusin di Simpang Ampek Ranah Nata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar